Awalnya seluruh bumi duliputi air (jutaan tahun), lalu Khalik Semesta Alam menciptakan matahari, bulan dan bintang. Selanjutnya air (asin) dan daratan dipisahkan, lalu karena panas terik matahari air (laut) menguap keudara sampai batas dimana uap (gas) air menjadi jutaan titik-titik es yang berubah menjadi air (tawar) dan jatuh kebumi (daratan dan lautan), daratan tandus kering kerontang berubah menjadi kantong-kantong tempat penampungan air yang menyuburkan tanah darat. Persediaan air yang berkecukupan memungkinkan adanya kehidupan dimulai dari tumbuhan (flora) berlanjut pada hayati (fauna). Para ilmuan berteori bahwa kehidupan berawal dari sel yang berevolusi dan bermutasi jutaan tahun yang lalu sehingga menjadi sempurna sebagaimana adanya saat ini. Apapun pendapat para penelti (ahli) tentang awal dari kehidupan, yang jelas kehidupan itu dapat berlangsung bila ada air, panas, gas (O2) dan tanah.
Pada topik ini yang dibahas terbatas pada air, karena air sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuhan guna melanjutkan generasi kehidupannya.
Sebelum revolusi industri di Inggris dan ditemukannya teknologi tinggi di amerika serikat (listrik, mesin uap, mesin diesel/bensin dan pesawat terbang) air bersih ditemukan berlimpah di tanah daratan ( asia, eropah, amerika, afrika dan Australia). Kemajuan teknologi dan pertumbuhan manusia di bumi meningkat ekstrim (setelah perang dunia ke 2), sebagai penyebab berubahnya perilaku manusia. Kalau tadinya manusia dalam melangsungkan kehidupannya lebih banyak mengandalkan pengolahan tanah, berubah pada usaha industry pabrikasi dan jasa-jasa dengan mengandalakan penguasaan modal dan technology. Perubahan pola usaha produksi yang tadinya bersekala menengah rendah ke produksi massal menyebabkan perilaku para pengusaha, karyawan, pegawai birokrasi dan pejabat Negara cenderung berubah konsumtif dan tamak. Itu ditandai dengan dilakukannya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Tambang dibuka dimana-mana mulai dari pengeboran minyak bumi dekat pantai, lepas pantai, penggalian tambang untuk mendapatkan batu bara (coal), emas, perak, nikel, aluminium, biji besi, intan/berlian, crom, uranium dan sebagainya. Selain itu hutan dihabisi katanya untuk kebutuhan bahan baku kertas, perabotan rumah tangga, untuk rumah manusia dan hewan (istal). Akibat dari rusaknya hutan lindung dan hutan primer ditambah lagi dengan bertumbuhnya industry pabrikasi tanpa pemetaan yang kongkrit (negara sedang berkembang) menyebabkan suasana kota menjadi samrawut.
Kerusakan lingkungan mulai dari hulu sampai ke hilir, penataan kota yang tidak terencana mendatangkan dampak negatif nerupa bencana, bila musim hujan tiba kota menjadi banjir karena laju air dari hulu ke hilir bagaiken air bah melintas jalan tol bebas hambatan melaju menggempur kota dan desa. Akibatbatnya kerugian dimana-mana, kota menjadi macet, jalan raya cepat rusak, t, produktivitas turun, di desa tanaman pangan rusak total terendam air, rumah penduduk rusak total di gempur banjir bandang yang mengirim material kayu gelondongan dari hulu.
Pada musim kemarau, fungsi air bersih sangat dominan karena persediaan air sangat terbatas akibat kerusakan hutan total, pemerintah berusaha membangun waduk tempat penampungan air yang berfungsi untuk mengairi sawah rakyat dan sebagai persediaan air minum pada musimnya karena air sungai sudah mulai menipis (surut) dan kotor tercemar limbah pabrik dan kotoran manusia. Kota besar yang padat penduduk menetap dan penduduk musiman (urban) juga mengalami kesulitan mendapat air bersih, air bersih yang sebenarnya tidak bersih menjadi mahal, diperjual belikan dengan harga mencengangkan rakyat berasal dari Sukabumi, karena 1 drum air dapat dihargai sampai dua puluh ribu rupiah khusus di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, golongan menengah bawah dan golongan menengah tengah mampu berlangganan air bersih dari perusahaan air minum pemda ibukota daerah khusus Jakarta.
Entah karena mesin-mesin pengolah air bersihnya yang telah tua (warisan orde baru) atau karena management pengelola (kepengusahaannya) gonta ganti yang membuat air bersih Jakarta Barat dan Jakarta Utara nyatanya tidak pernah bersih. Kalau pun air pam yang kotor itu dibeli rakyat dengan harga relative mahal karena kebutuhan tidak ada pilihan lain. Untuk keperluan air minum dan memasak sayuran, rakyat terpaksa merogoh koceknya untuk membeli air bersih dari para penjaja air minum, penjual minuman air mineral imitasi dengan harga lima ribu rupiah pergalon (satu gallon Sembilan belas liter). Di Jakarta yang namanya air bersih (air minum) dan air mineral mahal karena persediaan sumber air dari sungai Ciliung dan kali malang sudah sangat kotor dan tercemar polusi limbah pabrik dan limbah ulah manusia padahal manusia sangat butuh air untuk hidupnya tanpa air manusia akan mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar