Jumat, 22 Juni 2012

PERATURAN DIRJEN BEA DAN CUKAI NOMOR : P-26/BC/2007 TANGGAL 30 AGUSTUS 2007 BAGAIKAN PISAU BERMATA DUA

Pajajaran,Kerajaan Hindu yang sangat berpengaruh pada jamannya. Kerajaan Pajajaran memiliki pelabuhan yang ramai perniagaannya, disebut bandar Sunda Kelapa. Pada tahun 1522 ketika itu, armada Portugis untuk pertama kali merapat di Pelabuhan Sunda Kelapa. Moment itu dimanfaatkan utusan raja Pajajaran mengadakan pendekatan dengan Portugis. Pasalnya, raja Pajajaran merasa cemas melihat perkembangan di wilayah timur kerajaannya. Karena dengan dukungan Kerajaan Demak, wilayah Cirebon telah melepaskan diri dari kekuasaan Pajajaran. Kerajaan Pajajaran suka atau tidak suka, harus merangkul Portugis. Akhirnya terjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Pajajaran dan Portugis sepakat menjalin hubungan niaga dan saling memberi dukungan secara politis. Raja Pajajaran menyetujui rencana Portugis membangun benteng untuk melindungi bandar Sunda Kelapa dari serangan pasukan Kerajaan Demak. Padahal, Portugis hanya ingin menguasai Sunda Kelapa agar dapat memperluas wilayah dagangnya. Setelah perjanjian disepakati, kepala delegasi Portugis HENDRIQUE LEME menancap batu besar yang disebut "padrao" di tepi mulut sungai Ciliwung. Melihat perkembangan di Pajajaran, Sultan Trenggana dari Demak mengirim pasukan segelar sepapan yang dipimpin Fatahillah ke Jawa Barat. Disamping untuk menggagalkan hubungan antara Kerajaan Pajajaran dengan Portugis, tujuan utama untuk menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Dalam suatu pertumpuran yang cukup sengit, armada Kerajaan Demak dipimpin Fatahillah berhasil menghancurkan armada Portugis. Fatahillah berhasil merebut pelabuhan Sunda Kelapa. Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan penuh. Peristiwa itu terjadi tanggal 22 julu 1527, itu kemudian diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta sampai saiki. Jayakarta semakin terkenal dibawah pemerintahan Fatahillah, bandar Jayakarta semakin tersohor dikancah perniagaan internasional. Setelah Fatahillah meninggal, kekuasaan dipegang oleh putranya Pangeran Jayakarta. Pada tahun 1602 pedagang-pedagang bangsa Belanda membentuk kongsi dagang VOC (Vereebigde Oost Indischi Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur. Pembantukan VOC dibantu Pemerintah Belanda di bawah Van Oldenbarneveldt. Tahun 1605, aramada VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal JAN PIETERZOOM COEN mendarat di Ambon Maluku. Dia memilih menetap di Banda Neira, yang dikenal dengan penghasil Pala. Ketika itu maluku dikuasai oleh Portugis. JAN PIETERZOOM COEN diterima dengan tangan terbuka. Hanya saja posisi maluku yang kaya akan rempah-rempah dinilai kurang strategis dilihat dari sisi georapis. Sebab itu JAN PIETIERZOOM COEN bermaksud untuk "invasi" ke Jakarta. Kebetulan pada tahun 1618, Pangeran Jayakarta di serang dan di tawan pasukan Kerajaan Banten. Pada tanggal 30 Mei 1619 JAN PIETERZOOM COEN mengirim 17 kapal perang Belanda untuk menyerang dan memukul pasukan Banten. Pasukan JAN PIETIERZOOM COEN berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Banten. Sejak itu VOC mendu- duki Jayakarta. JAN PIETIEZOOM COEN mengganti nama Jayakarta menjadi BATAVIA. selanjutnya. ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar